Malam in terasa dingin melekat pada kulitkku, kulit yang
sudah tiga hari tak menyentuh air. Lewat luba-lubang kecil pori—pori masuk menusuk pada tulang tulang. Jalan ini
sudah kesekian kalinya aku lewati. Masih tetap saja seperti biasanya. Para
kalelawar entah akan kemana mau kemana dan dari mana aku tak faham, dan tak
ingin memahaminya. Tk ada bulan tak ada bintang ku lihat. Langit yang gelag
dengan demerlap bulan dan bintang terlelap di tutupi cahaya lampu di kota ini,
Di jempatan ini pula aku sering menghabiskan malamku.
Menikmati setiap kalelawar yang lewat. Tidak hanya aku di jembatan ini, banyak
sebangsa penikmat malam yang singgah. Di jempatan ini ada banyak cerita yang
terkadang aku tak mampu untuk memaknainya. Dari ujung ke ujung ada yang asik dengan
gitarnya ada yang tertawa ada yang main kartu, ada yang baca –baca, yang
pacaran juga ada.
Aku terkesima dengan malam. Ada sesuatu tang tak dapat ku
kabarkan tentang kenapa aku suka dengan malam.