Rabu, 16 Mei 2012

malam di kota malang


Malam in terasa dingin melekat pada kulitkku, kulit yang sudah tiga hari tak menyentuh air. Lewat luba-lubang kecil pori—pori  masuk menusuk pada tulang tulang. Jalan ini sudah kesekian kalinya aku lewati. Masih tetap saja seperti biasanya. Para kalelawar entah akan kemana mau kemana dan dari mana aku tak faham, dan tak ingin memahaminya. Tk ada bulan tak ada bintang ku lihat. Langit yang gelag dengan demerlap bulan dan bintang terlelap di tutupi cahaya lampu di kota ini,
Di jempatan ini pula aku sering menghabiskan malamku. Menikmati setiap kalelawar yang lewat. Tidak hanya aku di jembatan ini, banyak sebangsa penikmat malam yang singgah. Di jempatan ini ada banyak cerita yang terkadang aku tak mampu untuk memaknainya. Dari ujung ke ujung ada yang asik dengan gitarnya ada yang tertawa ada yang main kartu, ada yang baca –baca, yang pacaran juga ada.
Aku terkesima dengan malam. Ada sesuatu tang tak dapat ku kabarkan tentang kenapa aku suka dengan malam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar